
SuaraUMKM, Jakarta – Digitalisasi menjadi bagian penting untuk tumbuh kembang UMKM. Namun, Penelitian Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengungkapkan bahwa sebanyak 70,2 persen pelaku UMKM yang telah beralih ke digital masih menghadapi kendala dalam pemasaran produk mereka.
“Bukan hal yang mudah bagi UMKM membangun brand yang diusung. Banyak UMKM tidak punya brand, mereka sekadar menjual saja,” kata Wati Hermawati di Jakarta, Kamis (5/10/2023).
Pernyataan disampaikan dalam sebuah webinar dengan tema “Digitalisasi: Perkembangan, Kebijakan, dan Penerapannya di Sektor Bisnis” yang diselenggarakan secara daring.
Wati menekankan bahwa pemasaran dan branding yang kuat sangat penting bagi para pelaku UMKM agar bisnis mereka dapat berkelanjutan. Tanpa brand yang kuat, bisnis UMKM akan mengalami kesulitan untuk bertahan dalam jangka panjang.
Baca Juga : Amazon Ungkap Penghasilan UMKM Bakal Meningkat dengan Cloud dan AI
“Pemasaran produk ini memang harus dibangun,” kata dia.
Selain masalah pemasaran, hasil penelitian BRIN juga mengungkapkan bahwa 51,2 persen pelaku UMKM menghadapi kesulitan dalam mendapatkan modal, 46,3 persen kesulitan memenuhi kebutuhan bahan baku, dan 30 persen mengalami kesulitan dalam mengadopsi teknologi digital.
“Setiap UMKM yang sudah kami kunjungi atau amati, itu selalu kekurangan tenaga terampil dalam bidang IT,” ujar Wati.
Untuk mengatasi tantangan-tantangan ini, Wati memberikan beberapa tips yang dapat diimplementasikan oleh pelaku UMKM. Pertama, investasikan dalam Sumber Daya Manusia (SDM) yang memiliki keterampilan dalam bidang IT dan infrastruktur pendukungnya. Selanjutnya, lakukan riset pasar dan analisis pesaing.
Baca Juga : Ditjen Pajak Resmi Luncurkan WA Bot Khusus UMKM
“Tentukan model bisnis yang akan dilakukan, apakah ingin mengubah seluruh model penjualan atau hanya sistem kerja internal, itu yang harus diputuskan,” kata dia.
Lebih lanjut, pelaku usaha perlu menentukan platform digital yang akan mereka gunakan dan memahami konsep optimasi mesin pencari (SEO) untuk meningkatkan pemasaran online.
“Kemudian, memanfaatkan semua software (perangkat lunak) yang mendukung, seperti mobile banking untuk melihat saldo secara daring,” kata Wati.
Sumber : Republika