
SuaraUMKM, Jakarta – Sarinah Trading House bersama Mitra Strategisnya yaitu Indonesia Diaspora SME-SMI Export Empowerment & Development (ID SEED) kembali melakukan bincang bisnis terkait dengan pemasaran global produk UKM dan IKM. Kali ini bincang bisnis dalam aktifasi ID SEED Sarinah Trading House lebih spesifik mengeksplorasi peluang pasar di Negara Kazakhstan dan Tajikistan.
Hadir sebagai narasumber utama adalah Duta Besar Dr. M. Fadjroel Rachman bertajuk Peluang
Ekspor Produk UKM ke Kazakhstan dan Tajikistan di Lantai 5 Gedung Sarinah pada Sabtu sore
(11/02/2023).
Bincang Bisnis peluang ekspor ke Kazakhstan dan Tajikistan menampilkan Deputi UKM Kementerian Koperasi dan UKM RI Hanung Harimba, Ketua Umum ID SEED Ira Damayanti dan Direktur Perdagangan Sarinah, serta di Moderatori oleh Tengku Irham dari Skytrade.
Kegiatan bincang bisnis ini dilakukan secara luring yang dihadiri berbagai komunitas UKM Ekspor di Jabodetabek dan juga UKM yang telah telah lolos kurasi dalam Sarinah Trading House.

Republik Kazakhstan adalah negara lintas benua yang sebagian besar wilayahnya berada di kawasan Asia Tengah dan sebagian kecil lainnya di Eropa Timur.
Sementara Republik Tajikistan adalah sebuah negara Bekas Uni Soviet di Asia Tengah, berbatasan dengan Afganistan di selatan, Republik Rakyat Tiongkok di timur, Kirgizstan di utara dan Uzbekistan di barat. Kondisi geografisnya merupakan dataran tinggi yang tidak berbatasan dengan laut.
Tercatat pada Januari 2019, ekspor Indonesia ke Kazakhstan hanya US$ 341,02 ribu, tapi di Bulan Februari meningkat 14.829% menjadi US$ 50,91 juta. Ekspor Indonesia ke sana meliputi: mesin/ peralatan listrik, pesawat mekanik, serta kopi, teh, dan rempah-rempah.
Hingga September 2022, ekspor Indonesia ke Kazakhstan sebesar US$22 juta, sedangkan nilai
impor US$287,5 juta.
Indonesia mengekspor produk berupa crude palm oil (CPO), lemari es, hingga sabun ke Kazakhstan. Sebaliknya, Kazakhstan mengekspor besi paduan, batu bara dan produk besi setengah jadi ke Indonesia.
Sektor investasi dan pariwisata peluangnya masih sangat terbuka lebar, sehingga produk UKM bisa mencoba pasar di Kazakhstan.
Berbeda dengan Kazakhstan, Republik Tajikistan yang merupakan negara yang berada di dataran tinggi dan tidak memiliki wilayah perairan laut, sehingga menjadi kendala utama dari segi transportasi karena tidak memiliki pelabuhan laut.
Nilai total neraca perdagangan Indonesia ke Tajikistan pada tahun 2020 tercatat US$ 21,68 miliar atau naik 703,56%. Dengan kata lain, Indonesia mencatatkan surplus neraca perdagangan.
Hubungan kerjasama ekonomi dan perdagangan antara Indonesia dan Tajikistan belum merefleksikan potensi yang dimiliki kedua negara. Perdagangan kedua negara masih relatif kecil dan belum dapat dilakukan secara langsung (direct trade), melainkan masih harus melalui negara ketiga.
Saat ini produk ekspor terbesar Indonesia ke Tajikistan diantaranya sabun dan produk sejenisnya, zinc oxide, zinc peroxide, barang farmasi, detergen, dan kopi.
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari kalangan pengusaha Tajikistan, produk ekspor Indonesia yang masuk ke Tajikistan masih melalui negara ketiga (Uzbekistan, Iran, Turki) dan tidak langsung dari Indonesia.
Untuk data diaspora Indonesia di Kazakhstan dan Tajikistan tercatat ada 200 orang.