
SuaraUMKM, Jakarta – Gudeg merupakan salah satu makanan tradisional yang sudah tidak asing lagi bagi masyarakat kita dan mempunyai tempat di hati para penikmatnya.
Gudeg juga terbagi menjadi 2 jenis, yaitu Gudeg kering dan basah.
Pada awalnya, gudeg hanya sayur nangka muda yang dibumbui Karena menjadi kuliner fleksibel, masyarakat pun kadangkala menambahkan tempe dan tahu dalam hidangan.
Berbeda halnya bagi para bangsawan Mataram karena mereka biasanya menambahkan telur dan daging ayam pada gudeg yang mereka konsumsi.
Kata Gudeg sendiri berasal dari kata “Hangudeg” yang berarti “Mengaduk”, karena cara
membuatnya dengan cara mengaduk, nangka muda.
Gudeg ini sendiri sudah ada sejak abad ke XVI, bersamaan dengan berdirinya kerajaan Mataram, di mana pada saat itu para prajurit kerajaan Mataram sedang membuka hutan (babat alas) Mentaok.
(dikutip : Tugu Jogja, buku yang berjudul “Gudeg, Sejarah dan Riwayatnya” oleh Prof. Murdijati Gardjito, peneliti di Pusat Kajian Makanan Tradisional (PMKT), Pusat Studi Pangan dan Gizi Universitas Gadjah Mada
(UGM))
Makanan yang berasal dari kota Yogyakarta ini, mempunyai cita rasa yang begitu istimewa, sehingga banyak orang mencari panganan asli Yogyakarta ini di kota lain. Bagi warga Depok, yang ingin mencari panganan khas Yogyakarta ini, terdapat sebuah tempat makan yang cukup nyaman di daerah Grogol Depok, tepatnya di Jl. Raya Grogol yang menyediakan panganan Gudeg lengkap dengan krecek nya “Gudeg Kendil Keraton”.
Gudeg Kendil Keraton dimulai sejak 2010, yang berlokasi di daerah Kalibata, Jakarta Selatan. Usaha ini diawali untuk mengisi waktu luang di hari Sabtu, Minggu atau hari libur pada event bazar, dengan tujuan menambah income keluarga. Seiring berjalannya waktu, respon masyarakat terhadap “Gudeg” sebagai kuliner tradisional sangat diminati. Berdasarkan respon positif dari masyarakat dari bazar ke bazar, maka tercetus ide dari Bpk. Henry Krisna dan Ibu Erni Indriyati sebagai pemilik, untuk membuka Warung Gudeg yang bersifat tetap dan diberi nama “Gudeg Kendil Keraton” yang berlokasi di Taman Jajan Babe, Jl. TB. Simatupang, Jakarta Selatan, pada tahun 2011.

Pemilihan nama / Brand Gudeg Kendil Keraton berdasarkan, asal muasal gudeg dan sebagai warisan budaya kuliner asli Keraton Yogyakarta.
Usaha Gudeg ini yang berawal dari usaha tambahan kemudian berkembang menjadi sumber utama, demi kemajuan usahanya maka pemilik, Bpk. Henry dan ibu Erni memilih untuk keluar dari pekerjaannya utama masing-masing dan fokus di usaha ini saja.
Alhasil, Di tahun 2016, usaha Gudeg Kendil Keraton mulai berkembang pesat. Seiring berkembangnya usaha tersebut, maka pemilik mulai membuka cabang-cabang baru, seperti di kantin RSUD Pasar Rebo, kantin Gedung OLEOS dan di Jl. Margonda Raya, Depok. Masa keemasan dari usaha Gudeg Kendil Keraton ini berhasil dipertahankan sampai
tahun 2019.
Pada tahun 2020 dimana Terjadi wabah / Pandemi Covid-19, seperti kita semua ketahui, mengakibatkan semua sektor ekonomi mengalami masa sulit, begitu juga dengan usaha “Gudeg Kendil Keraton”. Satu persatu cabang harus ditutup dan hanya menyisakan satu cabang di Tanjung Barat. Cabang Tanjung Barat itu sendiri hanya bisa bertahan selama 1 tahun, dan harus ditutup pada Februari 2021, mengikuti cabang lainnya.
Babak baru dimulai, demi mempertahankan usaha, proses produksi, marketing sampai pengiriman dilakukan oleh pemilik sendiri tanpa ada karyawan.
Untuk menekan biaya sewa tempat usaha, maka proses pembuatan gudeg dilakukan di rumah, penjualanpun dilakukan dengan cara menghubungi teman-teman, relasi bisnis, pelanggan-pelanggan lama melalui WA satu persatu.
Masa perjuangan ini berlangsung selama 2 tahun.

Secercah harapan mulai tampak di awal 2021 di mana pemerintah mulai mengumumkan keadaan yang disebut “New Normal” pada kuartal pertama tahun 2021. Mulai memikirkan untuk kembali membuka usaha gudeg yang menetap.
Setelah pemerintah memberikan keleluasaan untuk menggerakkan ekonomi kembali, rutinitas kegiatan usaha mulai membuka kembali usaha masing-masing.
Berawal dari Bazar Ramadhan di Kompleks Perumahan dekat tempat tinggal pemilik selama 1 (satu) bulan, maka berkembang informasi adanya tempat usaha yang dapat disewa.
Setelah mendapatkan informasi dan melakukan survey di beberapa tempat, akhirnya mendapatkan tempat usaha, di Jl. Pramuka Raya No 100, Kelurahan Grogol, Kecamatan Limo, Kota Depok, tepatnya di Roti Bakar Premium Boss Cafe.
Memulai kembali merintis usaha di tempat baru di pinggiran kota Jakarta, dengan segala kekurangan dan kelebihannya. Bersyukur selama 5 bulan ini sudah mendapatkan pelanggan baru.