
SuaraUMKM, Jakarta – Asosiasi Digipreneur Indonesia (Perkumpulan UMKM Digital Indonesia) bersama Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) menggelar sertifikasi asesor dalam skema baru untuk membentuk Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) Digipreneur Indonesia, yang dikenal sebagai LSP Diginesia.
Sertifikasi yang berlangsung selama lima hari 9-15 Desember ini merupakan hasil dari skema kewirausahaan dan digitalisasi, yang dikembangkan melalui komunikasi intensif antara Digipreneur Indonesia, BNSP, dan berbagai kementerian, termasuk Kementerian Koperasi dan UKM, Kementerian Komunikasi dan Informatika, Kementerian Perdagangan, serta Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas).
Menurut data dari BNSP, hingga 2023, terdapat lebih dari 1.900 LSP yang telah diakreditasi di Indonesia. Namun, LSP dengan fokus pada kewirausahaan digital seperti LSP Digipreneur Indonesia masih sangat terbatas, meskipun potensinya sangat besar. Hal ini sesuai dengan target pemerintah untuk mendorong transformasi digital sebanyak 30 juta pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) pada tahun 2024.

LSP seperti Digipreneur Indonesia dinilai sangat penting dalam proses peningkatan daya saing UMKM, terutama dalam hal digitalisasi dan pengembangan sumber daya manusia yang kompeten. Berdasarkan laporan Kementerian Koperasi dan UKM tahun 2022, hanya sekitar 17,5 juta UMKM yang telah memanfaatkan platform digital, menunjukkan masih adanya celah besar yang perlu diisi melalui program sertifikasi dan pendampingan.
Salah satu keunggulan LSP Digipreneur Indonesia adalah keberagaman skema sertifikasi yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan spesifik UMKM dalam era digital. Beberapa skema tersebut meliputi:
1. Pengelolaan Unit Ritel KUMKM
2. Digital Entrepreneur
3. Pemasaran Ekspor Digital
4. Fasilitasi Pelatihan Kewirausahaan
5. Social Media Marketing
6. Digital Marketing
7. Konsultan Pendamping UMKM Yunior
8. Jenjang III – Bidang Kewirausahaan Industri
Skema-skema ini dirancang untuk memberikan standar kompetensi yang relevan dengan kebutuhan pasar global sekaligus membantu UMKM beradaptasi dengan perkembangan teknologi.
Sertifikasi asesor yang digelar oleh LSP Digipreneur Indonesia ini bertujuan membentuk asesor-asesor kompeten yang dapat mendukung pengembangan UMKM di seluruh Indonesia. Program ini diikuti oleh 24 peserta calon asesor dari berbagai kota, seperti Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Timur, Kalimantan Selatan, dan Sumatera Utara. Mereka dibimbing langsung oleh Master Asesor Legiyo Hery Susanto dan Bambang Gatut Nuryanto.
Acara sertifikasi ini dibuka oleh KH. Muhammad Nur Hayid, yang dikenal sebagai Gus Hayid, dan berlangsung di Graha Wiranesia. Dalam sambutannya, Gus Hayid menekankan pentingnya kolaborasi antara pemerintah, lembaga sertifikasi, dan pelaku usaha untuk menciptakan ekosistem digital yang inklusif bagi UMKM.

Faransyah Agung Jaya, atau yang akrab disapa Coach Faran, adalah pendiri sekaligus Ketua LSP Digipreneur Indonesia. Sebagai seorang profesional dengan pengalaman luas di bidang digitalisasi UMKM, Coach Faran telah mendedikasikan dirinya untuk memberdayakan pelaku usaha melalui sertifikasi kompetensi. Dengan latar belakang yang kuat dalam pengembangan bisnis dan transformasi digital, ia juga aktif berkolaborasi dengan berbagai pihak, termasuk pemerintah daerah, institusi pendidikan, dan komunitas bisnis, guna menciptakan UMKM yang berdaya saing tinggi.
“Melalui LSP Digipreneur Indonesia, kami ingin menciptakan ekosistem yang mendukung UMKM untuk naik kelas, go digital, dan go internasional. Ini bukan hanya tentang sertifikasi, tetapi juga tentang membangun masa depan ekonomi digital Indonesia,” ujar Coach Faran.
Langkah ini diharapkan menjadi katalis untuk mencapai target 30 juta UMKM go digital, yang tidak hanya akan memperkuat ekonomi digital nasional tetapi juga meningkatkan daya saing Indonesia di pasar global.