spot_img

Akibat melonjaknya harga BBM, para nelayan asal cilacap melakukan mogok melaut

Akibat melonjaknya harga BBM, para nelayan asal cilacap melakukan mogok melaut, sumber : SuaraUMKM

SuaraUMKM, Jakarta – Nelayan di dusun Simerak Desa Jetis Kecamatan Nusawungu Cilacap mogok melaut karena harga bahan bakar mesin ( BBM ) naik. Selain faktor BBM naik juga ada beberapa faktor yang menimbulkan para Nelayan enggan melaut. Seperti cuaca yang ekstrim di perairan Samudra Hindia, juga minimnya ikan hasil tangkapan yang sejak bulan Suro kemarin sampai sekarang masih belum mengalami hasil yang sesuai. Kebanyakan dari mereka (nelayan: red) sebelum berlayar mengambil bahan bakar ke juragan penyedia BBM Pelaut/Nelayan. Dari selisih harga di SPBU, Pertalite seharga Rp 10.000 per liter, di pengecer/juragan menjadi Rp12.000 per liter belum lagi di tambah oli pelumas mesin sebagai bahan bakar campurannya.

Akibat melonjaknya harga BBM, para nelayan asal cilacap melakukan mogok melaut, sumber : SuaraUMKM

Ada beberapa nelayan yang telaten berangkat melaut setiap hari, per hari bisa mengeluarkan biaya untuk membeli BBM seharga Rp 300.000 di tambah biaya bekal untuk ABK 3 orang Rp 150.000. Total pengeluaran setiap hari nelayan yang melaut sekitar Rp 450.000. Jika berhasil membawa ikan tangkapan setidaknya modal dapat kembali. Tetapi dalam kondisi cuaca yang tidak menentu, ikan pun sulit tertangkap oleh alat tangkap nelayan.
Hal inilah yang menyebabkan beberapa nelayan terpaksa harus menaikkan kapalnya ke darat dan memilih mencari pekerjaan yang lainnya.

Sebagian nelayan cenderung memilih merantau ke kota. Seperti yang di lakukan oleh nelayan seperti Sudiro,Hardi, dan beberapa nelayan yang lain. Mereka beralih memilih pekerjaan baru di perantauan di Dalam dan Luar Negeri.
“Sudah lama kami tidak melaut, sudah sekitar satu tahun sampai sekarang karena tidak dapat ikan saat melaut, apalagi sekarang, harga bahan bakar naik. Membuat makin sulit untuk kami melaut, pengeluaran semakin tinggi namun pendapatannya sedikit” ujar Beja mewakili para nelayan di KUB Mina Merak Jaya.

BACA JUGA :  RichWorks to Replicate its Success in Indonesia, Helping Malaysian Entrepreneurs Generate RM3.5 Billion Revenue in 2022

Kebanyakan mereka mencari pekerjaan lain sebagai pemotong kelapa sawit di perkebunan kelapa sawit Malaysia.

Harapan nelayan lain yang masih berusaha bertahan di desa menginginkan adanya perubahan penghasilan lebih baik di keluarga para nelayan itu.
Seperti halnya yang di harapkan oleh Bapak Beja, selaku Pengurus Kelompok Nelayan KUB MINA MERAK JAYA, menginginkan adanya program bantuan yang bisa memberi keringanan beban hidup para nelayan di kelompok KUB Nelayan Mina Merak Jaya.

spot_img

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Popular

spot_img

Subscribe

Article
Related

Silaturahmi & Buka Bersama Sambil Konsultasi Bisnis dan Belajar Bikin Konten Video Produk Bersama Wiranesia

SuaraUMKM, Jakarta, 10 Maret 2025 – Menyambut bulan suci...

Revolusi Industri Kecil: Program IKM Berkah Siap Ubah Nasib 10.000 Peserta di Kalimantan Tengah!

SuaraUMKM, Jakarta - Kalimantan Tengah, 6 Maret 2025 –...

Profil 17 Mentor Wirausaha: Pendamping Top 350 PFpreneur 2024 dalam 3 Bulan Transformasi Bisnis

SuaraUMKM, Jakarta - Setelah berakhirnya tahap kurasi final Program...

Pertamina Foundation dan Wiranesia Inkubator Sukses Gelar Inaugurasi dan Pameran UMKM PFpreneur 2024

SuaraUMKM, Jakarta - Pertamina Foundation, bekerja sama dengan Wiranesia...