SUARAUMKM.COM, Jakarta – Seorang pengusaha sukses nan cemerlang, sudah berdagang ke luar negeri saat usianya baru menginjak 25 tahun. Itulah Nabi Muhammad SAW.
Kisah bisnisnya sedari kecil hingga menjadi sukses menarik untuk disimak. Seorang pedagang ulung, jujur dan pekerja keras. Muhammad belia sudah terbiasa bekerja dan mencari nafkah.
Seperti dilansir dari buku Rahasia Sukses Bisnis Rasulullah, penulis Malahayati terbitan tahun 2010, Jakarta, Kamis (14/4/2022). Abdullah ayahnya meninggal dunia ketika beliau lahir. Muhammad kecil pun hanya mendapat kasih sayang seorang ibu.
Tak seberapa lama, Aminah sang Ibu pun meninggal dunia. Nabi Muhammad SAW harus menerima kenyataan menjadi yatim piatu di usia 6 tahun.
Kedua orangtua yang telah wafat tak membuat Sang Rasul terpuruk dalam kesedihan. Masa kecil dan muda beliau dihabiskan dengan bekerja dan berusaha memenuhi nafkah. Beranjaknya usia, Rasulullah SAW tetap giat bekerja hingga semakin keras berusaha.
Itu semua dilakukan demi menghidupi keluarga, selain tentu sebagai pemimpin kaum muslimin yang memiliki tanggung jawab membantu kemaslahatan umat.
Kehidupan Sang Rasul yang keras sedari kecil telah membentuknya menjadi pribadi mandiri yang tahan banting. Tak suka bergantung pada kemurahan hati orang lain.
Itulah cara Allah SWT mendidik Nabi Muhammad SAW. Meski tak mendapatkan kasih sayang selayaknya anak lain, beliau tetap tegar menjalani kehidupan dengan baik. Sebab cinta Allah SWT selalu mengikuti setiap langkah beliau, dan sesungguhnya cinta Allah SWT adalah yang paling tinggi diantara cinta makhluk manapun di dunia ini.
Allah SWT yang Maha Penyayang menjamin perlindungan bagi Rasulullah SAW seperti dalam firman:
“Bukankah Dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu Dia melindungimu?” (QS Ad-Dhuha[93]: 6)
Janji Allah SWT ini dibuktikan dengan lingkungan kehidupan Rasulullah SAW yang begitu aman. Terlahir dari keturunan (nasab) mulia, beliau mendapat ASI dari wanita bernama Tsuaiba. Beberapa waktu kemudian beliau diserahkan kepada Halimatus Sa’diyah atau Halimah, seorang perempuan miskin yang mencari pekerjaan sebagai ibu susu.
Ketika masa menyusu kepada Halimah, Rasulullah SAW cukup lama menghabiskan waktu di perkampungan Bani Sa’ad, kaum asal Halimah. Kondisi lingkungan perkampungan Bani Sa’ad ketika itu sangat baik bagi perkembangan beliau.
Muhammad kecil tumbuh dalam kemurnian dan keheningan padang pasir, di bawah kilauan matahari dan udara bersih. Karenanya, beliau tumbuh menjadi pemuda kuat, sehat, fasih berbahasa Arab, jiwa yang pemberani, hingga mampu menunggang kuda dengan baik sekalipun usianya masih muda belia.
Sampai ketika Allah SWT menunjukkan kekuasaan-Nya. Dia mengirimkan dua malaikat untuk membelah dada Muhammad kecil. Oleh banyak pihak diyakini sebagai proses ‘pencucian hati’ Nabi Muhammad SAW.
Ruhani beliau dibersihkan dari segala penyakit yang mengotori hati. Ini merupakan persiapan bagi beliau untuk menerima tugas besar nanti. Menginjak usia 5 tahun, Halimah mengembalikan Nabi Muhammad kepada keluarganya.
Setelah itu Nabi berpindah-pindah pengasuhan. Pada usia 6 tahun Aminah sang Ibu membawanya ke makam sang Ayah, Abdullah. Dalam perjalanan pulang, sang Ibu meninggal dunia di desa Abwa’.
Selepas ibundanya tiada, pengasuhan dilakukan oleh sang kakek Abdul Muthalib. Hanya berselang 2 tahun, saat berusia 8 tahun beliau harus merelakan kehilangan kakeknya.
Selanjutnya Nabi Muhammad SAW diasuh oleh pamannya, Abu Thalib, seorang penggembala kambing dan hidup miskin. Dalam asuhan sang paman, Nabi sudah terbiasa mencari uang sendiri. Beliau bertugas menggembala kambing milik para penduduk Mekah dengan upah beberapa qiraat. Dari upah menggembala kambing yang didapat beliau bisa menyambung hidup.
Sebetulnya bisa saja Nabi Muhammad SAW terus menumpang kepada sang paman. Tetapi beliau ingin meringankan beban pamannya. Beliau ingin mandiri, tak hanya berpangku tangan saja. Dari sinilah mentalitas berwirausaha mulai tertempa.
Dalam sebuah riwayat, Nabi Muhammad SAW mengatakan, “Semua Nabi yang diutuskan Allah pernah menggembala kambing. Maka sahabat Baginda bertanya kepadanya: ‘Engkau juga, wahai Rasulullah?’ Lantas Baginda menjawab: ‘Aku juga begitu’. Aku pernah menggembala kambing untuk penduduk Mekah dengan upah beberapa qiraat’.”
Keputusan berani beliau untuk jadi penggembala kambing menunjukkan bahwa beliau adalah seorang yang mandiri dan tangguh sejak kanak-kanak. Tak suka berlama-lama dalam tanggungan sang paman, beliau menemukan jalannya sendiri dalam menghidupi diri.
Berdagang Ke Luar Negeri
Selanjutnya Nabi Muhammad SAW mulai belajar berdagang menjelang remaja saat berusia 12 tahun. Sang paman mengajak beliau ke negeri Syam untuk ikut berdagang. Di sini jiwa entrepreneurship-nya mulai terasah. Beliau mulai menapakkan langkah menjadi seorang entrepreneur muda.
Bersama sang paman, Nabi melakukan perjalanan bisnis ke banyak negara yaitu Syiria, Jordan dan Lebanon. Muhammad muda yang tumbuh cerdas mampu menangkap peluang bisnis dalam bidang perdagangan yang berkembang dengan pesat di negara-negara yang disinggahi.
Sebenarnya tak heran jika dalam diri Nabi Muhammad SAW bergelora jiwa bisnis, sebab latar belakang keluarga beliau sendiri sebenarnya berasal dari kalangan pebisnis. Selain tanah kota Makkah secara geologis sulit untuk dijadikan lahan pertanian. Maka peluang menjadi pengusaha lebih besar daripada menjadi petani. Bukan sekadar pebisnis biasa, namun juga pebisnis kuat dan sukses.
Sejarah mencatat, empat orang putra Abdul Manaf (kakek-kakeknya) adalah pemegang izin kunjungan dan jaminan keamanan dari para penguasa dari negara-negara tetangga seperti Syiria, Irak, Yaman, dan Ethiopia. Mereka dapat membawa kafilah- kafilah bisnis ke berbagai negara tersebut secara aman dan lancar.
Demikianlah kisah perjalanan bisnis Nabi Muhammad SAW, semoga bisa jadi inspirasi dan tauladan bagi kita semua. Tetap semangat dan jangan berputus asa.