
SuaraUMKM, Jakarta – Di awal tahun 2000-an, Ir. Thendri Supriatno meninggalkan dunia korporasi yang mapan demi sebuah panggilan hati. Dari posisi strategis di perusahaan-perusahaan besar seperti BRI New York, Medco Energi, hingga PTPN X, ia memilih jalur yang jarang dilalui: membangun jembatan antara dunia usaha dan masyarakat lewat tanggung jawab sosial perusahaan atau CSR.
Langkah itu melahirkan Corporate Forum for Community Development (CFCD) pada tahun 2002, forum lintas sektor yang saat itu dianggap idealis. Tapi bagi Thendri, kolaborasi dan kepedulian sosial adalah fondasi penting dalam bisnis berkelanjutan. Ia meyakini bahwa CSR bukan sekadar kegiatan seremonial atau filantropi, melainkan strategi bisnis yang sejati.
Mendorong Perubahan Lewat Data dan Dampak Nyata
Di bawah komando Thendri, CFCD tumbuh menjadi forum CSR terkemuka di Indonesia. Ia tidak hanya menggalang jejaring, tapi juga menyuarakan regulasi yang mendorong perusahaan menyalurkan sebagian keuntungan untuk pemberdayaan masyarakat.
Pada Konferensi Nasional III CFCD tahun 2011, data yang ia paparkan mengejutkan publik: lebih dari 267 perusahaan anggota CFCD telah mengucurkan dana lebih dari Rp5 triliun untuk pengentasan kemiskinan. Tapi bagi Thendri, angka hanyalah alat ukur. Yang utama adalah perubahan yang bisa dirasakan masyarakat dari pendidikan hingga perekonomian lokal.

Dari Penghargaan CSR hingga Pemberdayaan UMKM
Tidak berhenti di forum, Thendri turut melahirkan berbagai penghargaan seperti Indonesian CSR Award (ICA) dan Indonesia Sustainable Development Goals Award (ISDA)—platform yang mendorong adopsi standar internasional seperti SNI ISO 26000:2013.
Tahun 2024 menjadi titik penting bagi UMKM. Lewat Bina Mitra UMKM Award, Thendri memperluas perhatian CSR ke sektor yang sering kali terpinggirkan. Ia ingin agar pelaku UMKM tidak hanya menjadi objek, tapi subjek utama pembangunan—mandiri, tumbuh, dan berdaya saing.
ESG dan CSV: Bisnis Tak Lagi Tentang Laba Saja
Masuk ke dekade 2020-an, Thendri membaca arah zaman: keberlanjutan menjadi keharusan. Ia mendirikan CFCD Foundation dan Indonesian Shared Value Institute (ISVI), lembaga yang mengintegrasikan Environmental, Social, and Governance (ESG) serta Creating Shared Value (CSV) ke dalam model bisnis.
Isu-isu seperti ekonomi sirkular, ketahanan iklim, hingga pelibatan sosial kini menjadi menu utama program-program CFCD. Dari pelatihan kesiapsiagaan bencana, kolaborasi lintas sektor, hingga ajang Circular Economy & Sustainability Awards (CESA) 2025, semuanya digagas untuk mendorong bisnis Indonesia lebih inklusif dan tangguh.
Warisan yang Hidup di UMKM
Lebih dari dua dekade perjuangan, Thendri Supriatno telah membentuk ekosistem CSR dan ESG yang menjangkau akar rumput. Ribuan program sosial telah dijalankan, triliunan rupiah digelontorkan, dan UMKM kini tak lagi berdiri sendiri—ada tangan perusahaan besar yang merangkul dan mendorong mereka naik kelas.
Kisah Thendri adalah inspirasi nyata bahwa keberanian memilih jalan yang tidak umum bisa membawa dampak besar. Ia bukan hanya pelopor, tapi penggerak perubahan sosial yang telah membuka jalan bagi UMKM untuk tumbuh dalam ekosistem bisnis yang lebih adil dan berkelanjutan.

Kisah Ir. Thendri Supriatno adalah bukti bahwa CSR bisa menjadi kekuatan nyata bagi UMKM. Sebagai pengamat dan pendamping UMKM, saya—Coach Faran—melihat apa yang dilakukan Pak Thendri melalui CFCD dan program seperti Bina Mitra UMKM Award sebagai terobosan penting.
Beliau menggeser CSR dari sekadar bantuan menjadi strategi pemberdayaan. Ini yang UMKM butuhkan: akses, pendampingan, dan peluang naik kelas—bukan sekadar janji manis.
Dengan pendekatan ESG dan CSV, Pak Thendri membuktikan bahwa kolaborasi antara korporasi dan UMKM bisa saling menguatkan. Semoga semangat ini menular ke lebih banyak perusahaan agar tanggung jawab sosial benar-benar terasa hingga ke akar rumput.