
Penulis: Fachmi Ibrahim
SuaraUMKM, Jakarta – Kerupuk sebagai teman makan menjadi pelengkap yang tidak bisa diabaikan begitu saja. Bagi orang Indonesia kebanyakan, makan tanpa kerupuk seperti ada yang kurang dalam sebuah makanan. Sama halnya seperti makan nasi tanpa sambal, seperti belum makan rasanya.
Wakil Presiden Ma’ruf Amin pun menjadikan kerupuk sebagai makanan favorit guna menemani makannya. Saking sukanya, beliau selalu ada kerupuk saat makan.
Beragam kerupuk yang paling digemari orang Indonesia adalah kerupuk udang, kerupuk bawang, kerupuk mie, kerupuk putih, dan kerupuk kulit. Sejarawan yang juga dosen sejarah Universitas Padjajaran, Fadly Rahman mengemukakan bahwa kerupuk sudah tercatat dalam naskah Jawa kuno sebelum abad ke-10 masehi. Kerupuk sudah menjadi makanan pendamping untuk masyarakat pada saat itu.

Diantara kerupuk yang paling tua dan sudah lama dikonsumsi adalah rambak, dikenal juga dengan sebutan kerupuk kulit. Dibuat sebagai makanan yang memanfaatkan kulit sapi atau kerbau. Kerupuk kulit merupakan kerupuk pertama yang ada di Indonesia. Ditemukan sekitar abad ke-9 dan tertulis pada prasasti Batu Pura.
Kini kerupuk kulit bisa ditemui dimana-mana, dari warung pinggir jalan, tukang sayur keliling, rumah makan padang, hingga supermarket.
Penjualnyapun ada yang sudah menggelutinya sejak lama. Rahmat misalnya, adalah produsen sekaligus penjual kerupuk kulit di Bogor Barat.
Beliau adalah contoh seseorang yang gigih dalam menekuni usaha kerupuk kulit. Pria paruh baya ini sehari bisa mendapatkan omset 4 juta rupiah, bahkan bila di bulan Ramadan bisa lebih besar lagi pendapatannya. Ada yang dijual 20 ribu, 25 ribu, bahkan 110 ribu dan 140 ribu, tergantung besaran kemasan yang dikehendaki konsumen.
Walau diakui margin yang bisa diperolehnya tidaklah besar, mengingat ia menempatkan diri sebagai produsen yang harus berbagi keuntungan dengan para resellernya.
Usaha yang digeluti bersama keluarga ini sudah hampir sepuluh tahun dijalani. Bermula dari hanya menjual kerupuk kulit kerbau, kini juga menjual kerupuk kulit sapi untuk mengimbangi persaingan yang sudah makin banyak.

Selain menjual di tempat produksinya, Rahmat bersama anak bergantian jualan di pinggir jalan daerah Bubulak, Bogor di mobilnya dari pukul 08.00-20.00 setiap hari.
“Saya buka setiap hari, hanya libur pas lebaran aja. Itupun hanya 1 hari” ungkapnya. Dari usaha ini ia bisa menyekolahkan anaknya hingga jenjang tertinggi, satu diantaranya mengajar keperawatan di Bogor.
Harapannya usaha ini bisa membawa keberkahan bagi orang banyak karena salah satu manfaat kerupuk kulit bisa untuk kesehatan. “Khasiatnya bisa membantu mengobati maag dan proteinnya tinggi”, ujarnya menutup pembicaraan.