
SuaraUMKM, Jakarta – Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Indonesia, sebagai tulang punggung ekonomi dengan kontribusi sekitar 60 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB), masih menghadapi sejumlah kendala dalam upaya naik kelas.
Zaafri Ananto Husodo, Ketua Program Studi Pascasarjana Ilmu Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI), mengungkapkan hasil survei yang mengungkap fakta bahwa hanya sedikit UMKM yang berhasil naik kelas dan bertahan.
“Jadi, kalau kita petakan, dari 1.500 UMKM, yang berhasil naik kelas hanya 5. Dan dari 5 tersebut yang bertahan hanya 3,” katanya saat menjadi pembicara dalam acara The 18th Management E(x)posed Talkshow bertajuk Leveraging Cultural Aspects Toward MSMEs di FEB, UI, Kamis, 7 Desember 2023.
Baca Juga : UI Beri Edukasi Manfaat Perpajakan Pelaku UMKM di Bogor
Survei lain menyebut ada dua wilayah di Indonesia pelaku UMKM bisa dikatakan sudah mapan, yakni Padang dan Cilacap. Kedua wilayah ini memiliki karakteristik tersendiri.
“Di Padang itu UMKM lebih siap karena sudah bisa menabung dari hasil penjualan. Hal yang sama juga terjadi di Cilacap karena di sana disokong banyak pelaku industri besar,” terangya.
Namun, ada temuan menarik dari survei lainnya yang dilakukan oleh FEB UI. Zaafri menyebutkan bahwa sekitar 80 persen responden UMKM, khususnya dari Jawa Barat, menyatakan bahwa mereka tidak memerlukan modal untuk naik kelas.
Baca Juga : 2024 Jadi Tahun Penting Bagi Ekonomi Digital Indonesia, Ini Sebabnya
Sementara itu, Sekretaris Badan Kebijakan Perdagangan (BKPerdag) Kementerian Perdagangan, Hari Widodo, mengungkapkan bahwa pemerintah menargetkan untuk mendorong 30 juta UMKM masuk ke dalam ekosistem digital pada tahun 2024.
“Kemendag menyiapkan berbagai strategis peningkatan kualitas perdagangan digital, seoperti pembinaan dan pendampingan, memfasilitasi sampai pencetakan fasilitator untuk meningkatkan edukasi terkait e-commerce,” ujarnya dikutip Kamis (7/12)
Dalam laporan e-Conomy SEA 2022 oleh Google-Temasek, nilai ekonomi digital Indonesia pada 2022 mencapai USD 77 miliar, tumbuh sekitar 22 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Proyeksi menunjukkan bahwa nilai tersebut diperkirakan akan mencapai USD 130 miliar pada 2025 dan terus tumbuh hingga mencapai kisaran USD 220 hingga 360 miliar pada 2030.
Sumber : InfoBank News