spot_img

Survei: 7 dari 10 UMKM di Asia Tenggara Andalkan Modal dari 3 Hal Ini

Menjadi tulang punggung ekonomi negara, UMKM di Asia Tenggara memiliki beragam akses pendanaan untuk memulai usahanya. (Dok. Kemkominfo)
Menjadi tulang punggung ekonomi negara, UMKM di Asia Tenggara memiliki beragam akses pendanaan untuk memulai usahanya. (Dok. Kemkominfo)

SuaraUMKM, Jakarta – Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) adalah tulang punggung ekonomi di berbagai negara di seluruh dunia, termasuk di Asia Tenggara. Namun, bagaimana sebenarnya UMKM ini mendapatkan modal awal dan akses pendanaan untuk menggerakkan bisnis mereka?

Data terbaru menunjukkan bahwa sekitar 70 persen UMKM di kawasan Asia Tenggara memulai bisnis mereka dengan sumber modal dari tabungan pribadi, keluarga, dan jaringan teman. Fakta ini cukup mencolok, terutama di negara-negara seperti Indonesia, Malaysia, dan Singapura.

Data ini berasal dari sebuah laporan yang dirilis oleh Grup Modalku, platform pendanaan digital yang mendukung UMKM di Asia Tenggara. Menariknya, laporan ini juga mencatat bahwa pendanaan dari lembaga keuangan tradisional hanya menyumbang sekitar 23 persen, sementara 7 persen sisanya mengarah ke alternatif pendanaan seperti perusahaan fintech.

Di Indonesia, situasinya sedikit berbeda. Mayoritas UMKM mengandalkan tabungan pribadi, dukungan keluarga, dan bantuan teman (sekitar 51 persen) sebagai sumber modal awal. Bank konvensional menyumbang sekitar 31 persen dari sumber modal, sementara alternatif pendanaan seperti perusahaan fintech memberikan 10 persen. Investor lainnya berkontribusi sebesar tiga persen.

Baca Juga : Puluhan Juta UMKM di Indonesia Masih Sulit Mendapatkan Modal

Untuk lebih memahami cara UMKM berpikir tentang modal dan pendanaan, Grup Modalku, sebagai platform pendanaan digital bagi UMKM di Asia Tenggara, melakukan survei terhadap 977 UMKM di lima negara operasionalnya: Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, dan Vietnam. Survei ini mencakup pemilik usaha mikro sebanyak 74 persen dan pemilik usaha sebanyak 63 persen. Sekitar 59 persen dari responden survei ini adalah penerima dana dari Grup Modalku, sementara 41 persen sisanya bukan.

Meskipun mengalami tantangan dari segi makroekonomi, ekonomi Asia Tenggara kini mengalami pemulihan setelah masa penurunan selama pandemi. Kendati begitu, akses pendanaan tetap menjadi persoalan krusial bagi UMKM. Faktor ini mendorong perusahaan pembiayaan, baik yang bersifat tradisional maupun digital, untuk menciptakan solusi inovatif bagi segmen UMKM ini.

BACA JUGA :  BNI Salurkan Pembiayaan UMKM Sebesar Rp118,3 Triliun

“Survei ini menegaskan dan memperluas pemahaman kami tentang UMKM untuk melayani mereka lebih baik, dengan mempermudah akses pendanaan yang dihadirkan dan mulai masuk ke dalam manajemen arus kas, yang akan diterapkan pada produk kami,” ungkap Country Head Modalku, Arthur Adisusanto, dalam hasil survei, Selasa, 10 Oktober 2023.

Dalam hal pembiayaan, Business term loan menjadi pilihan utama bagi UMKM yang membutuhkan pembayaran berjangka ke supplier. Produk ini sangat digemari oleh responden, mencapai 49 persen. Di Indonesia, business term loan berkontribusi sebesar 74 persen, diikuti oleh account payable financing (25 persen), dan invoice financing (22 persen).

Selain itu, responden di Indonesia juga menggunakan produk manajemen biaya (21 persen), transaksi lintas-negara (13 persen), dan sisanya menggunakan fasilitas pembayaran dengan kartu (delapan persen).

Baca Juga : 70 Persen UMKM Masih Terkendala Pemasaran dalam Digitalisasi

Sementara transfer bank tetap menjadi metode pembayaran paling populer bagi UMKM di negara yang menjadi fokus Grup Modalku. Hampir 90 persen UMKM membayar supplier melalui transfer bank dan 88 persen menerima pembayaran dari pelanggan melalui metode yang sama. Meski begitu, transaksi tunai masih berperan penting, dengan 51 persen responden di Indonesia mengandalkan uang tunai dalam pembayaran kepada supplier dan penerimaan pembayaran dari pelanggan.

Selain transfer bank, pembayaran juga dilakukan melalui e-wallet (27 persen), cek (14 persen), dan virtual account (12 persen). Begitu juga dalam pembayaran ke supplier, responden menggunakan cek (17 persen), virtual account (delapan persen), dan sisanya melalui e-wallet (empat persen).

Terkait pengeluaran, survei menemukan bahwa pengeluaran terbesar UMKM adalah untuk operasional sehari-hari (32 persen) dan inventaris serta perlengkapan (32 persen) di seluruh wilayah operasi Grup Modalku. Di Indonesia, biaya operasional mendominasi (40 persen), disusul oleh pembelian inventaris dan perlengkapan (16 persen), perbaikan serta pendanaan proyek mendesak (14 persen), serta gaji karyawan (12 persen).

BACA JUGA :  Lebaran Bekasi 2023 Dorong Pertumbuhan UMKM Kabupaten Bekasi

Dalam hal berpindah merek atau fasilitas finansial, suku bunga yang rendah memiliki pengaruh yang signifikan. Lebih dari setengah UMKM (62 persen) cenderung berpindah merek karena ketidakpuasan terhadap pengalaman yang ditawarkan. Di Indonesia, rekomendasi dari kolega memiliki pengaruh cukup besar dalam memilih merek atau fasilitas finansial (23 persen, dibandingkan dengan rata-rata regional sebesar 15 persen).

Sumber : Metrotvnews

spot_img

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Popular

spot_img

Subscribe

Article
Related

Desain Jadi Lebih Mudah! Ini Tips Memakai Canva untuk Pemula yang Ingin Tampil Profesional

SuaraUMKM, Jakarta – Di tengah arus digitalisasi yang semakin...

Workshop Amerop Business Academy Latih Generasi Muda Hadapi Masalah Nyata Bisnis Global

SuaraUMKM, Jakarta, 10 April 2025 – Dalam rangkaian program...

Kolaborasi Lintas Sektor, PPIDK Amerop Gelar Webinar Internasional untuk Cetak Inovator Muda

SuaraUMKM, Jakarta, 10 April 2025– Perhimpunan Pelajar Indonesia Dunia...

Tips Foto Produk Modal HP, Tapi Hasil Kayak Studio.

SuaraUMKM, Jakarta – Foto yang bagus dan menarik sudah...